INTISARI
Briket yang terbuat dari arang sekam bukan sesuatu hal yang baru, karena mulai diusahakan secara komersil, terutama di Pulau Jawa yang memiliki tingkat produksi padi yang tinggi. Bahkan tehnik pembuatannya dapat dipelajari dengan mudah melalui buku maupun melalui internet. Namun tehnik pembakaran sekam menjadi arang masih menggunakan alat yang mempersulit keluarga petani untuk melaksanakannya, karena waktu, tenaga dan biaya yang terbatas.
Arang sekam adalah sekam padi yang telah melalui proses pembakaran tidak sempurna sehingga tidak sampai menjadi abu. Selanjutnya arang sekam tersebut dicampur dengan perekat , dipadatkan dan dikeringkan dan disebut sebagai briket. Dalam proses pembuatan arang sekam ini ada dua macam tehnik yaitu dengan menggunakan alat pembakar dan tanpa alat pembakar. Agar lebih praktis dan membutuhkan sedikit tenaga sebaiknya membuat arang sekam tanpa menggunakan alat.
Dalam pembuatan briket bisa menggunakan perekat dari tepung kanji atau menggunakan tanah liat. Bila menggunakan tanah liat, maka tidak perlu menambah biaya karena tanah liat banyak tersedia. Sebelum briket dibuat sebaiknya arang sekam terlebih dahulu dihaluskan atau ditumbuk, karena akan mempengaruhi kepadatan briket dan panas yang akan dihasilkan. Briket arang sekam bisa menjadi energi alternatif dalam rumah tangga.
Dengan dimanfaatkannya sekam padi ini menjadi briket arang sekam, maka akan mengurangi limbah hasil pertanian, menambah pendapatan petani dan mengurangi pengeluaran keluarga untuk membeli bahan bakar.
Kata kunci : Sekam padi, arang sekam, briket, energi alternative.
I. PENDAHULUAN
Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan atau bahan sisa dari proses pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat , sehingga limbah tidak hanya mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Kadar sekam adalah 20 - 30% dari bobot gabah yang digiling, dedak 8-12 %, dan beras giling 50-53,5 %. Jadi semakin tinggi produksi padi maka semakin banyak sekam padi yang akan dihasilkan. Dan tentunya ini juga merupakan suatu permasalahan yang harus dicarikan jalan keluarnya.
Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat sedikit. Hanya sebagian kecil sekam yang telah dimanfaatkan antara lain untuk membakar bata merah, alas kandang ayam, abu gosok, membuat tungku, dll. Sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai bahan baku indutri kimia, isolasi, filteraid, sebagai pemucat minyak kelapa, minyak wijen, dan minyak kelapa sawit. Namun pemanfatannya masih terkendala pengangkutan, mutu sekam dan harga.
Menurut P. Suharno (1979) dalam Winarno F.G. et al:, 1985), komposisi sekam sebagai berikut, Kadar Air 9,020 %, Protein Kasar 3,027 %, Lemak 1,180 %, Serat Kasar 35,680 %, Abu 17,710 %, Karbohidrat kasar 33,710 %.
Sedangkan sifat-sifat fisik dari sekam , menurut Van Ruiten (1981) dalam Winarno F.G. et al:, 1985, adalah :
- Prosentase sekam 14 – 26 % dari berat gabah (tergantung dari varietas padi)
- Kerapatan jenis bulk density 125 kg/m3
- Nilai kalori 1 kg sekam = 1.300 kkal
- Persentase abu 20 % berat pada pembakaran sempurna
- Kandungan air 10 %
Pada umumnya petani belum memperlakukan sekam padi sebagai bahan yang bermanfaat, padahal apabila diolah dengan teknologi yang sederhana, sekam memiliki banyak sekali manfaat. Petani tidak menyadari bahwa semakin tinggi produksi di lahan pertaniannya maka limbahnya semakin banyak, karena 20 – 30 % dari hasil panen tersebut adalah berbentuk sekam. Apalagi saat ini tehnologi untuk meningkatkan produksi padi terus dikembangkan, salah satunya adalah tehnik budidaya dengan sistem jajar legowo.
Disisi lain banyak rumah tangga menengah kebawah yang masih menggunakan gas, minyak tanah, kayu bakar dan arang kayu bakar. Untuk gas, masih banyak rumah tangga yang takut menggunakannya karena seringnya mendengar tentang tabung gas yang meledak, untuk tetap menggunakan minyak tanah pun menjadi sulit karena tingginya harga minyak tanah. Untuk rumah tangga yang ada di perkampungan mungkin masih bisa memanfaatkan kayu bakar atau arang kayu, akan tetapi jumlah kayu pun semakin menyusut sehingga harus ada alternatif bahan bakar lain yang mudah didapat, aman digunakan dan harganya murah. Oleh karena itu tentunya dengan memanfaatkan sekam bakar ini menjadi briket arang sekam akan dapat menyelesaikan beberapa permasalahan sekaligus. Sekam padi yang jumlahnya semakin meningkat seiring meningkatnya produksi padi tidak akan menjadi limbah yang tidak bermanfaat, dan mengganggu lingkungan.
Permasalahan bahan bakar di tingkat rumah tangga kecil pun dapat terselesaikan, karena mereka tak perlu lagi khawatir akan tabung gas yang meledak, harga minyak tanah yang mahal atau kayu yang semakin sedikit. Bahkan, keluarga petani dapat membuat sendiri bahan bakar alternatif ini sehingga dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga petani dan dapat menambah pendapatan mereka dengan menjual briket arang sekam tersebut.
Dengan proses yang sederhana, tanpa membutuhkan alat yang canggih dan bahan baku yang melimpah, keluarga petani dapat membuat sendiri briket arang sekam. Sehingga sekam yang selama ini kurang bermanfaat dapat menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yang dapat meningkatkan pendapatan petani.
II. METODOLOGI
Untuk memafaatkan sekam menjadi bahan bakar pengganti minyak tanah, gas atau arang kayu, sekam harus diproses dulu menjadi arang sekam. Proses pembuatan arang sekam cukup sederhana dan dapat dikerjakan sendiri oleh petani dan keluarganya tanpa membutuhkan peralatan khusus dan tidak membutuhkan banyak tenaga.
Dalam proses pembuatan arang sekam ada dua macam tehnik yaitu dengan menggunakan alat pembakar atau tanpa menggunakan alat pembakar. Dari kedua cara berikut petani dapat memilih cara yang praktis untuk dilakukan Berikut cara pembuatan arang sekam dengan tehnik yang berbeda :
a. Proses pembuatan arang sekam dengan menggunakan alat pembakar
Alat dan bahan :
- cerobong besi sepanjang 1 meter
- gembor untuk menyiram
- sekam padi
- kayu bakar
Cara kerja:
- Bakar terlebih dahulu kayu api sampai menjadi bara
- Tutup bara dengan cerobong besi yang telah disediakan
- Setelah cerobong panas, taburkan sekam disekeliling cerobong, biarkan sekam sampai menjadi arang, kemudian tarik menjauh dari cerobong
- Timbunkan kembali sekam baru kesekeliling cerobong, lakukan terus sampai semua sekam habis.
- Siram sekam yang telah menjadi arang sampai benar-benar dingin agar tidak menjadi abu.
Gambar 3. Membakar sekam dengan menggunakan alat pembakar
b. Proses pembuatan arang sekam tanpa menggunakan alat pembakar
Bahan dan Alat :
1. Sekam Padi 100 kg (20 karung besar)
2. Gembor untuk menyiram
3. Sabut atau tempurung kelapa
4. Minyak tanah
5. Air untu menyiram bara sekam
Cara Kerja :
1. Tumpuk sekam padi sebanyak 2 karung besar untuk setiap tumpukanBakar bagian puncak tumpukan dengan menggunakan sabut kelapa yang sudah ditambah sedikit minyak tanah
- Api yang dihidupkan akan membakar sekam sekelilingnya hingga menjadi bara,
meskipun apinya mati, baranya akan tetap hidup dan membakar sekam yang lain,
proses pembakaran ini akan memakan waktu kurang lebih 12 jam
- Setelah semua sekam menjadi arang, siram segera dengan air agar tak menjadi abu.
Proses pembuatan briket arang sekam
Briket adalah hasil pemadatan arang sekam yang dicampur dengan perekat. Tujuan dari pemadatan ini adalah agar bara yang terbentuk lebih tahan lama dan suhu panas yang dihasilkan lebih tinggi, tidak menghasilkan asap.
Langkah kerja dalam proses pembuatan briket arang sekam adalah :
1. Tumbuk arang dengan menggunakan lesung sehingga dihasilkan tepung arang sekam
2. Siapkan bahan perekat berupa tanah liat yang telah dicairkan dengan air dengan perbandingan 5 : 1 (tanah liat :air)
3. Campurkan bahan perekat kedalam tepung arang sekam dengan perbandingan 6 bagian sekam dan 1 bagian perekat, aduk sampai rata.
4. Cetak adonan dengan menggunakan bambu atau paralon yang telah dipotong-potong dengan panjang 5 cm dan diameter 1 inchi.
5. Jemur briket yang sudah dicetak sampai benar-benar kering (lama penjemuran tergantung cuaca)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan di lapangan tehnik pengarangan tanpa menggunakan cerobong besi lebih mudah dikerjakan petani. Hal ini dikarenakan petani tidak perlu menunggu dalam proses pengarangan. Pada proses pengarangan yang ditumpuk, cukup hidupkan api diatas tumpukan dan biarkan sekam terbakar habis menjadi arang. Apabila menggunakan cerobong besi sekam harus terus dijaga agar tidak menjadi abu dan harus mengganti sekam yang telah menjadi arang dengan sekam baru, sehingga lebih menyita waktu. Yang sama dari kedua tehnik ini adalah sama-sama harus disiram dengan air, agar arang tak menjadi abu. Dan pada saat penyiraman harus dipastikan bahwa arang sekam benar-benar telah mati.
Proses pengarangan tanpa alat sebaiknya dilakukan pada jam 5 sore untuk menghindari gangguan ternak. Karena proses pengarangan membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam, sehingga keesokkan harinya sekam telah menjadi arang. Jadi tidak perlu ditunggu atau diaduk berkali-kali. Sekam hanya perlu diaduk sekali untuk meratakan sekam agar terbakar semua. Sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga. Apabila pada saat pembakaran sekam terjadi hujan sekam tidak akan mati, sekam yang berada di bagian dalam akan terus terbakar, karena sekam yang berada dibagian luar mampu menahan air hujan untuk tidak masuk ke bagian dalam sekam. Jadi tidak dibutuhkan atap untuk membakar sekam tersebut.
Biasanya petani membakar sekam untuk dijadikan abu yang selanjutnya abu tersebut digunakan membuat tungku, proses pembakarannya hampir sama, yaitu dengan cara ditumpuk. Perbedaannya terletak pada saat memulai pembakarannya. Apa bila ingin membuat abu sekam maka proses pembakaran dimulai dari bawah tumpukan, jadi buat terlebih dahulu bara api, kemudian tumpuk dengan sekam kering, maka yang dihasilkan adalah abu sekam. Dan pada proses pembuatan arang sekam proses pembakaran dimulai dari atas tumpukan.
Untuk mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat arang sekam dan mencetak menjadi briket , maka perlu dihitung analisa biaya yang dibutuhkan untuk membuatnya. Sehingga dapat diputuskan untuk menggunakan briket arang sekam ini menjadi bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah, gas dan kayu api. Sehingga permasalahan tentang mahalnya harga minyak tanah dan naiknya harga gas elpiji dapat teratasi.
Menurut beberapa hasil percobaan panas yang dihasilkan oleh pembakaran Sekam berkisar antara 2.937,3 – 3.341 kkal per kg sekam ( Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian IPB 1981 dalam Winarno, F.G. et al:, 1985)
Menurut Aranlo, Dante De Padna dan Michael Graham (1976) menyatakan bahwa nilai kalori sekam adalah 3000 kkal per kg sekam. Menurut Sumangat (1978) dalam Winarno F.G. et al:, 1985), 1 kg sekam menghasilkan panas 3200 kkal per kg sekam setara dengan setengah liter minyak tanah.
Berikut analisa biaya pembuatan arang sekam dan briket :
A | Pembuatan arang sekam |
Biaya (Rp)
|
1. 2. 3. 4. 5. | Harga sekam kering (per 100 kg) Rendemen arang sekam (50 %) Upah tenaga kerja ( 1 x proses) Harga arang sekam per kg Biaya pembuatan arang sekam per kg |
5000
50 kg
10.000
500
300
|
B | Pembuatan Briket Arang Sekam |
Biaya (Rp)
|
1. 2. 3. 4. 5. | Harga 1 kg arang sekam Upah cetak briket per kg Upah jemur briket per kg Harga briket arang sekam per kg Biaya pembuatan briket arang sekam per kg |
500
500
150
2000
1150
|
Tabel 1. Analisa biaya pembuatan arang sekam dan briket arang sekam
Dari tabel diatas dapat dilihat biaya yang dibutuhkan untuk membuat arang sekam adalah Rp 300,00 dan biaya untuk mencetak dan menjemurnya adalah Rp650,00. Apabila petani mengerjakan sendiri pembuatan arang sekam dan mencetak sendiri briket arang sekam maka petani hanya memerlukan biaya untuk membeli sekam dengan harga Rp 5000 per kwintal.
Apabila tidak di cetak arang sekam akan tetap hidup, akan tetapi panas yang dihasilkan tidak lama. Dan abu nya akan berterbangan. Sekam yang digunakan untuk menjadi bahan baker pengganti kayu atau arang kayu ini tidak mengasilkan asap dan bau. Sehingga kita dapat memasak dengan aman dan nyaman.
Dengan tidak adanya limbah asap dan bau maka kita pun ikut menjaga lingkungan dar asap yan g biasanya dihasilkan apabila menggunakan kayu atau tempurung.
Selanjutnya kita lihat perbandingan konsumsi briket arang sekam, gas, minyak tanah dan kayu api untuk mendidihkan air sebanyak 6 liter.
Berikut perbandingan biaya konsumsi elpiji, minyak tanah dan briket arang sekam untuk mendidihkan 6 liter air
Bahan Bakar |
Waktu ( menit)
|
Massa Bahan
|
Harga Bahan
(Rp)
|
Biaya (Rp)
|
Gas Minyak Tanah Briket Arang Sekam Kayu api |
11
25
23
20
|
0,1 kg
140 ml
0,25 kg
3 kg
|
6500 / kg
10.000 / L
2000 / kg
500 / kg
|
650,-
1.400,-
500,-
1500,-
|
Tabel 2. Perbandingan konsumsi gas, minyak tanah, briket arang sekam dan kayu api
Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan konsumsi bahan bakar briket arang sekam dan lainnya. Dimana untuk mendidihkan 6 liter air dibutuhkan 0,25 kg briket dengan biaya Rp 500,-. Hampir tiga kali lipat dibandingkan menggunakan minyak tanah. Dan akan lebih hemat lagi apabila keluarga petani dapat memproduksi sendiri briket arang sekamnya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dengan memanfaatkan sekam menjadi bahan bakar akan didapat beberapa keuntungan :
- Menekan biaya pengeluaran untuk membeli bahan bakar bagi rumah tangga petani
- Memanfaatkan limbah pertanian yang selama ini terbuang sebagai bahan bakar
- Sebagai media tumbuh tanaman hortikultura khususnya tanaman hias
- Memperoleh nilai tambah dari hasil samping padi
- Menjaga kebersihan lingkungan dari limbah yang menumpuk
- Menambah penghasilan petani, sehingga petani tidak saja mengharapkan hasil dari padi saja tapi bisa mengolah sekam menjadi produk yang bernilai ekonomis
- Tidak mengasilkan asap dan bau. Sehingga kita dapat memasak dengan aman
Dan nyaman
Dari tehnik pembuatan arang sekam diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Lebih mudah membakar sekam tanpa menggunakan cerobong besi karena tidak perlu dijaga sehingga lebih hemat waktu dan biaya
2. Pada saat menyiram sekam yang sudah menjadi arang harus benar-benar mati agar arang tidak menjadi abu
4.2 Saran
Perlu adanya kerja sama dari semua pihak agar mensosialisasikan tentang tehnik pembuatan briket arang sekam. Dan memanfaatkn sekam menjadi energi alternatf untuk menekan konsumsi minyak tanah, kayu dan gas. Sehingga berbagai permasalah tentang tingginya harga minyak tanah , naikknya harga gas dan berkurangnya jumlah kayu bakar dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Murtadho, D. dan Said, E.G,1987. Penanganan dan pemanfaatan limbah padat. PT Mediyatama sarana perkasa. Jakarta.
Winarno, F.G.A.F.S. Budiman, T. Silitongan dan B. Soewardi, 1985. Limbah Hasil Pertanian. Kantor Mentri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. Jakarta.
Winarno, F.G. 1985. Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Volume VI. Nomor 1. Jurusan Teknologi Pangan
x-)
BalasHapus